Hey Kamu




hey kamu,
Apa kabar?
Emm,
Entah panggilan apa yg pantas untukmu?
Seseorang yg istimewa
Merayap masuk tanpa rasa dosa
Puaskah dengan tameng ditubuhmu itu?
Kau andalkan
Hanya demi sebuah perhatian
Bukankah sebelumnya
Ingin kau buang saja
Agar rahasia busuk tak tercium baunya

Ku akui,
Aku pernah memberi pecut padanya
Agar mempersunting seseorang dan menjadikannya temanku
Tapi bukan ini yg kuharapkan
Diam-diam kalian bersembunyi dibalik selimut putih
Merahasiakan yg bukan haknya
Hingga sikecil hadir dan mengungkap semuanya.

Kau tau,
Tuhan lebih pintar dari dugaanmu
Tuhan lebih sayang dengan benih 
yg kau hidupkan
Namun tak kau inginkan
Kejam...
Demi kesenangan
Ia tega kau pertaruhkan

Aku tau,
Dalam tubuh yg belum terbentuk itu
Mengalir darah yg sama dengan Putri ku
Tapi bukan berarti
Kau bisa seenaknya mengacaukan hidupku
Jangan kau pikir
Aku akan lemah hanya karna
Kau pernah memilikinya

Aku mencoba bermurah hati
Karena ada jantung lain yg berdetak di rahimmu
Jangan harap
Kau bisa menginjak harga diriku
Merampas seluruh hak ku
Semaumu minta ini itu
Bahkan kau jadikan leluconan jeritanku

Kau malah sengaja menabur garam
Diatas luka yg menganga
Kau bangunkan singa
Yg sebenarnya enggan bangun
Mencabik-cabik sabar yg masih 
mengakar kuat
Aku diam bukan tak bisa melawan
Aku hanya ingin memberi
Kesempatan pada kalian untuk memperbaiki keadaan
Tapi kau menganggap remeh niat baikku

Kau pikir
Aku sebaik itu?
Hh...
Tidak!
Naif sekali
Aku juga punya rasa marah
Benci, dan ingin ku tumpahkan semuanya
Ku coba bertahan demi diriku
Demi aku yg menghargai ikrar suci ku
Demi aku yg ingin semuanya baik baik saja

Aku mungkin dianggap bodoh
Memaafkan mu, kalian
Seolah tak ada lelaki yg lebih baik di dunia ini
Aku juga akan dianggap aneh
Karena menerima mu
Memberimu sebagian ruang
Yg sebenarnya tak ingin ku bagi dengan mu

Ah,
Tak bisakah kau juga mengerti aku?
Sedikit saja menatapku dalam
Lihat betapa aku remuk karena mu
Ingat?
Telah kuberi kau separuh hatiku
Tapi kau minta seluruhnya
Pantaskah?
Tamu yg tak diharapkan kehadirannya mengaturku
Sang tuan rumah 
yg mempersilakanmu duduk bersanding denganku
Lalu,
Masihkah kau mengharap murkaku?

Apa memang, orang ketiga selalu begitu?
Meminta lebih, lebih, dan lebih lagi
Haruskahku memintanya meninggalkan mu
Haruskah ku memintanya mendidikmu
Agar tau cara berterima kasih
Atas belas kasih yg ku beri
Harus bagaimanakah aku?
Harus seperti apakah aku?
Harus apa aku?
Haruskah aku?

••••••••••••• (pengen tak bikin podcast)

Intermezzo dulu sebelum lanjut ke part 4 dan seterusnya. Sedikit spoiler, di part 4 nanti aku akan menulis tentang Ita. Wanita yg sering ku sebut calon madu (beracun), orang ketiga, dan pelakor. 

Sebenarnya aku rada takut mau menuliskan tentang dia, aku takut di jambak jambak. Pasalnya dari yg aku baca kemarin, dia adalah ratu brutal saat duduk di bangku sekolah menengah. Ngeri ngeri sedep kan ya?. Gimana kalau nanti aku disamperin gegara tulisan ini?, mana kita masih satu kota ~ups.

Tapi tenang, aku masih punya mba Rahma. Bukan mau dijadiin tameng loh ya, tapi mba Rahma kan memang sudah memberiku ijin. Hehe.

Oh iya, aku sarankan sebelum niat baca part 4 nanti siapin hati dulu ya pemirsa. Cukup jambak rambut sendiri kalau geregetan dan ngga punya pelampiasan. Kasihanilah ponselmu, takutnya nanti terlempar ke ruang angkasa. Kalau aku sih cukup gigit paha ayam goreng aja kalau lagi gedek banget pas nulis, dijamin deh baju tambah kecilan.

Cukup segini dulu ya spoiler nya, tetep stay tune disini. Jangan lupa beri semangat ke mba Rahma (bagi yg kenal), stay strong mba lup lup pokoknya. Cerita ini disponsori oleh kaleng kong guan dalem nya rengginang. Ambyar. (Eh gimana sih nulisnya)

To be continue... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Why am I getting surgery? (Fen Liu)

I am an UAENA

Edamame Lada Hitam ala Taiwan