Why am I getting surgery? (Fen Liu)
Tadi siang pas beberes tumpukan buku, aku nemu kertas pink bertuliskan abjad cina yg tertera namaku "Yanti" (nama panggilan selama di Taiwan). Aku ingat betul kertas apa itu. Itu adalah kertas persetujuan untuk melakukan operasi pada tanggal 30 Mei 2019. Setahun lalu.
Semua berawal di awal bulan Februari 2019. Tapi jauh sebelum itu, aku memang sudah punya kelainan kelenjar bawaan lahir. Dan itu ada juga pada adikku. Letaknya dibawah tulang selangka dada bagian kiri, lalu dari titik itu (berlubang seperti pori pori), ada urat yg mengikuti leher, lalu kebagian dada. Searah Vertikal, ke atas dan bawah.
Tulang Selangka dada terletak di kanan dan kiri dada bagian atas, tepat di bawah leher.
Bentuk tulang ini adalah memanjang dan posisinya melintang, menghubungkan tulang dada dengan lengan. Salah satu fungsi penting tulang selangka adalah menopang lengan agar bisa bergerak secara leluasa.
Kalau lubang pada titik itu tersumbat atau lama tidak di bersihin, maka anak timbul rasa gatal. Aku lupa entah siapa yg mengajari untuk memencet atau mengurut urat di titik itu. Tapi setelah melakukannya, semua rasa gatal hilang dan jadiebih plong tidak ada yg mengganjal. Kalian tau apa yg keluar dari lubang kecil itu??
Ehmmm,
Mirip seperti cairan komedo, tapi bukan yg sudah menggumpal. Berwana putih, lembek, dan bertekstur agak kasar. Entahlah, apa mungkin kumpulan dari minyak sebum di dalam kulit kah yg biasanya menyebabkan komedo dan jerawat?. Aku tidak tau pastinya. Tapi emang benar, kulitku juga punya sifat yg berminyak dan rawan tumbuh jerawat.
Karena sejak kecil baik-baik saja dan tidak ada keluhan, jadi tidak pernah sekalipun diperiksakan ke spesialis kulit. Dan memencet serta mengurut bagian itu sudah jadi rutinitasku sebelum mandi selama 27 tahun lalu (setahun ini sudah tidak lagi).
Di bulan Februari 2019, lubang titik itu tersumbat. Dipencet, diurut sekeras apapun tidak ada yg keluar.
"Ah, akhirnya mungkin yg didalam sana sudah habis" Ujarku berusaha menenangkan pikiran yg sebenarnya tidak setenang itu. Berusaha untuk membuat nya baik-baik saja, meski aku tau itu akan menjadi tidak baik baik saja.
Sekitar tiga hari setelahnya, titik itu mulai terasa pegal dan membengkak seperti akan tumbuh jerawat atau bisul. "ah mungkin efek kemarin dipencet terlalu keras" abaiku lagi. Lalu di hari ke 6, rasanya luar biasa pegal, mulai menjalar ke lengan dan pundak. Tentu saja ini akan membuat ku kesusahan bekerja, merawat nenek. Jadi kuputuskan untuk periksa.
Berhubung sudah sore hari, diantar lah aku masuk ke UGD (Rumah sakit umum sudah tutup). Sesampainya disana, mereka memintaku berbaring di ranjang pasien lalu menancapkan jarum infus di lengan ku. Lalu terdengar si bungsu yg sedari tadi duduk di sebelah ranjangku menelfon bu boss.
" Ma, ingkai Ati cuyen la, ingwei you ta tienti a..." dan blablabla
(Ma, mungkin Ati opname deh, soalnya di infus)
Aku cuma bisa pasrah saat itu, pikiranku udah entah lari ke mana mana. Datang seorang perawat memberitahuku untuk melakukan serangkaian pemeriksaan seperti,
- Ambil Darah
- Urin
- EKG (Elektrokardiogram)
- Rontgen
- CT Scan
Setelah selesai melakukan serangkaian pemeriksaan diatas, aku kembali tiduran di ranjang dan disusul seorang perawat memasang lagi cairan infus untukku. Tak lama setelah itu, seorang dokter datang memeriksa sesuatu yg bengkak di dadaku. Dokter itu memandangi ku dengan rasa bingung dan penasaran. Aku pun ikut serta memasang wajah bingung. Lumayan lama beliau memeriksaku, dan aku cuma bisa nyengir nyengir saat beliau menekan bagian bengkak itu. Sakit 😶
Lalu Dokter memberitahukan bahwa hasil tes darah dan urin dalam keadaan normal. Untuk hasil CT Scan dan Rontgen, beliau sedikit ragu untuk msebenernya apa yg ada di balik kulit membengkak itu. Beliau hanya meresepkan obat penghilang rasa sakit dan agar bengkak mengecil lalu membolehkanku pulang.
Setelah seminggu, munculah mata bisul. Aku lagilagi masuk ke UGD karena periksa di malam hari. Yah tentu saja menunggu pekerjaan selesai. Selama seminggu itu ku tahan pundak dan lengan yg mulai diserang rasa sakit, kaku, pegal dan lemas. Mau bagaimana lagi? Aku harus tetap bekerja.
Tak lama di UDG, dokter yg pertama memeriksa ku datang lalu berkata.
“Besok senin ke poli kulit ya, mungkin ini bisul aja” Tetap dengan wajah ragu dan bingung
Aku mengangguk seraya menahan sakit lalu pulang. Kebetulan poli kulit hanya buka pada hari senin dan kamis siangbsampai sore, sedangkan ini hari sabtu malam. Aku harus menunggu satu hari satu malam ditambah setengah hari yg kalau boleh jujur rasanya sudah tidak tahan lagi 😥.
Hari minggu pagi, tubuh ini masih bisa kuajak bekerja. Memasak sarapan untuk boss dan nenek, merawat nenek, bahkan masih kuat mendorong kursi roda dengan rute yg naik turun. Siang hari sampai sore, badan mulai panas terutama bagian yg bengkak, pundak, tangan, bahkan sakitnya menjalar ke dada dan pinggang bagian kiri saja. Dan semua rasa sakit itu bertumpuk di malam harinya, ya Allah bener-bener sakiit 😣.
Tubuh memanas, dari pundak kiri sampai pinggang tidak bisa lagi diajak bergerak tapi masih ku tahan sampai nenek tidur. Namun setelah nenek tidur, tubuh ini enggan diajak istirahat. Diajak miring kiri sakit, miring kanan sakit, telentang sakit, bahkan duduk pun sakitnya subhanallah 😭. Berasa mau pecah si mata bisulnya itu. Semalaman engga tidur, cuma bisa nangis, sampai pengen rasanya dipecah sendiri itu mata bisul nya. Dan akhirnya malam terlewati, tubuh bagian kiri makin tidak bisa digerakkan, aku bekerja dengan satu tangan.
Akhirnya jam 2 siang tiba juga. Duduk di ruang tunggu serambi menahan sakit, ruangan makin terasa lebih dingin yg seolah menekan bagian bisul itu, dan rasanya ya Allah sakiit sekali.
Tibalah giliran ku diperiksa. Setelah di cek, Dokter mengeluarkan kertas persetujuan untuk membedah kecil bisul itu. Ya, tentu saja aku setuju, mau bagaimana lagi.
Ini pertama kalinya aku rebahan di ranjang pasien dengan lampu pijar besar persis diatas wajah ku. Bahkan wajah pak Dokter juga tepat di atasku hanya berjarak sekitar 15cm. Ku tutup mataku karena tak tahan dengan silaunya lampu. Kurasakan dokter memulai anastesi dengan menyuntikkan obat bius (yg ku dengar hanya untuk 15 menit saja) sebanyak 8 suntikan. Kurasakan pisau kecil itu menyayat. gunting mulai terasa kres-kres menggunting kulitku lalu kain kasa masuk kedalam kulitku. Selesai. Tanpa dijahit. tidak ada diagnosa khusus dari dokter, alhamdulillah aku legaa.
Dan benar saja, bisu hilang setelah 15 menit berlalu sejak pisau kecil menyayat kulitku. Badanku kedinginan, menggigil, bagian yg baru saja disayat terasa seperti disayat sayat berulang kali, perih, sakit, pegal dan segala rasa sakit jadi satu. Kakiku lemas. 😣 Sampai rumah ngga nafsu makan, dan ngga pengen ngapa-ngapain, ngga pengen gerakin badan, mukaku panas, mataku panas, tenggorokan ku kering, badanku lemas 😣.
Perlahan tubuhku membaik, sakit ku juga hilang. Luka ku mulai mengering. Tapi tidak cukup sampai seminggu, semua kembali seperti semula seperti sebelum bengkak. Jika lubang tersumbat, maka terasa gatal. k
karena luka mengering, kulit menyatu dan menutup lubang, lagi-lagi bengkak. Saat kucoba pecahkan sendiri, semua berisi darah kental dan (maaf) cairan putih tapi bukan nanah mirip komedo.
Periksa lagi, minum obat, sembuh, kambuh, minum obat, sembuh, kambuh lagi, seperti itu terus sampai bulan April. Aku sampai tidak enak sendiri karena hampir tiap minggu ke dokter, dan itu butuh waktu berjam jam untuk mengantri sampai tugas kerjaku terabaikan. Alhamdulillah mereka semua mengerti dengan keadaanku.
Aku penasaran sebenarnya ini penyakit apa?. Ku coba tanya tanya ke teman yg bekerja di instansi rumah sakit, tak ku temui jawaban. Coba Googling tapi tak ada yg sama persis, ku temukan Kista Atheroma yg mirip dengan yg aku alami.
Link : Kista Atheroma
Lalu terjadi hal yg terparah selama kambuh yaitu saat ku buka perban yg menutup luka itu. Kulit tipis yg menutupi lubang kecil ikut terkelupas sehingga darah mengucur. Aku ingat pesan dokter bahwa saat darah mengucur, beliau memintaku menekan bagian bawah lubang agar darah dan cairan putih mirip komedo itu keluar dan tidak menyumbat lubang. Tapi yg paling membuat aku bingung adalah saat darah mengalir dari lubang keci itu keluar juga beberapa helai bulu/rambut. Dan ini adalah ke dua kali nya.
Wallahu alam, aku tetap ingin berpikiran positif dan meyakini bahwa ini adalah penyakit medis.
Karena darah tak kunjung berhenti, akhirnya aku dilarikan ke UGD lagi. Sesampainya, bertemu lagi dengan dokter yg pertama kali menangani ku, beliau jelas sekali memasang raut wajah bingung dan heran. Lalu memencet bagian bawah lubang sampai darah tidak lagi keluar. Reaksi ku cuma nyengir nahan sakit yg terasa sampai seluruh badan.
Mau menangis tapi malu, di sebelahku ada si bungsu yg sedari tadi berdiri memperhatikan dan sesekali ikut mengernyitkan dahi saat aku mengepalkan tanganku seraya membungkam mulut kuat kuat untuk menahan sakit. 😣
Seminggu setelahnya, kambuh lagi, bengkak lagi, dan periksa lagi.
Kamis, 29 Mei 2019. Karena saking seringnya berkunjung, setelah melihat ku sebentar, dokter mengeluarkan kertas cinta berwarna pink seraya menjelaskannya padaku.
Kertas yg bertuliskan penyataaan dan prosedur untuk melakukan pembedahan pada Jum'at, 30 Mei 2019. Ya... Besok aku harus di operasi agar dokter bisa mendiagnosa apa sebenarnya yg ada dibawah kulitku?. Karena hasil lab, CT Scan, Rontgen, tidak ada yg menunjukkan penyakit serius.
Dan ini adalah gambaran alur pembedahan besok paginya. Akan di sayat berapa cm, di jahit berapa, diambilnya gimana dll.
Jujur aku nderedeg, dag dig dug karena ini pertama kalinya meski kemarin juga udah pernah dibedah kecil.
Pagi pun tiba, jam 11.00 pagi aku masuk ruang bedah. Berbaring seperti waktu itu, kali ini lampu lebih besar, peralatan bedah tambah banyak, dan ada dua asisten dokter. Anastesi dosisnya makin tinggi, entah berapa jam, yg jelas lebih banyak dan jarum nya lebih gede. Pada 5 titik obat bius itu di suntik kan. Perlahan kulitku mati rasa, sampai tiba saatnya pisau kecil itu menyayat kulitku ku. Namanya juga di bius ya tidak terasa apa apa. Tapi, suara gunting yg “krek krek krek” itu jadi terdengar lebih keras, trus yg aku tau ya cuma berasa dijepit, di tarik kanan kiri atas gitu kulitnya.
Sambil menikmati adegan ini, sesekali kulirik bagian bawah daguku yg sebenarnya tidak kelihatan sama sekali apa yg ku cari. Kudengar kan perbincangan mereka yg sedang bersusah payah menggunting entah apa itu di dalam kulit.
“hen cikuai neh, ceke sh seme tungsi?. Neme Chang cai limien” tetiba dokter nyetuk gitu
(aneh banget deh, ini sih apa ya? Panjang banget didalam)
*Cikuai : ungkapan untuk sesuatu hal yg membingungkan
Kedua asisten dokter mendekat, aku jadi penasaran juga. Lalu mereka berbicara tentang bahasa medis yg aku tidak tau artinya. Pembedahanpun dilanjutkan, menggunting dan terus menggunting sampai hampir diatas payudara. Lalu "krek krek", aku memejamkan mata dan menutup mulutku rapat rapat. Gunting mengenai daging yg tidak terjangkau obat bius. Kemudian ditambah kan satu suntikan bius lagi. Setelah terangkat (sesuatu di dalam kulit), bagian dalam dijahit kurang lebih 9 jahitan, bagian kulit luar 8 jahitan. Ternyata butuh wajtu 45 menit untuk menyelesaikannya.
Kurang lebih seperti itu setelah dikeluarkan dari kulit. Karena saking gugupnya jadi tidak sempat memfoto. Berbeda dengan yg pertama, kali ini obat bius nya ntah sampai berapa jam. Atau ini bius permanen? 😁. Sampai satu minggu tidak ada rasa sakit sedikitpun, satu bulan masih tetap sama mati rasa, dan sampai sembuh sekarang ini belum pernah merasakan hal yg sama seperti pembedahan pertama. Tapi jika ditekan bagian yg diambil dagingnya (entah kista/tumor namanya) masih terasa sama seperti saat bengkak dulu. Semoga saja hanya efek dari secuil daging yg diambil.
Dokter kembali mengambil diagnosa yg mengambang. Aku tidak faham artinya fen liu (kista atau tumor?). Yg aku faham hanya “itu tidak berbahaya”.
Dan semoga kedepannya tetap baik baik saja, aamiin.
Ternyata seperti ini rasanya mendapatkan pembedahan. Aku membayangkan para Perempuan yg harus melewati pembedahan besar di perut, orang orang yg melakukan pembedahan besar lainnya. Mungkin sama perasaannya seperti yg aku rasa. Cuma bedanya, aku disini sendirian, mengurus sendirian, mengobati sendirian, menangis sendirian, merintih sendirian, semuanya sendirian 😣. Sakit jauh dari orang tua dan keluarga adalah hal paling menyiksa 😥. Alhamdulillah nya keluarga boss pengertian dengan keadaanku meski tetap ada rasa tidak enak dariku.
Tetap sehat sehat siapapun yg baca ini,
😍😍
(Karena beberapa hari mandeg nulis, dan hari ini baru diselesaiin)
Komentar
Posting Komentar