Core Value and Me (mengikat makna misi 5)




Wah, tak terasa sudah sampai di pertengahan misi ya, ini adalah misi ke 5 kami dari 10 misi yg telah diagendakan. Ternyata waktu cepat berlalu kan?

Pekan lalu, sahabat WI mengajak kami untuk memulai penyelaman pertama yaitu mencari makna Ibu Kebanggaan Keluarga versi diri sendiri. Lalu pekan ini, kami diajak menyelam lebih dalam lagi yaitu untuk mengikat makna core value Ibu Profesional versi sendiri. Lagi lagi berkutat perihal pribadi masing-masing mahasiswi.
“Core value itu sendiri adalah Nilai yang dihargai dan dijunjung tinggi serta dijalankan dengan penuh komitmen.” -Ibu Profesional-
Pada hakikatnya Core Value ini ibarat Jiwa sebuah Komunitas. Dan di Ibu Profesional ada 5 core values yaitu belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak. Yg kemudian kelimanya akan diterapkan pada keseharian kami dimanapun kaki melangkah.

Penyelaman kedua kemarin, kami di bekali pemaparan tentang core value yg kemudian mendiskusikannya dengan salah satu sahabat WI (Widyaiswara). Agar bisa memahami dengan baik, aku menggandeng mba Riefki Amalia sebagai mentor diskusi bersama teman penjelajah lainnya.

Diskusi kami membahas tentang core value yg pertama yaitu b e l a j a r. Belajar disini tidak melulu seperti dibangku sekolah, melainkan belajar tentang diri sendiri. Belajar yg didasari kesungguhan hati sehingga bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas diri. Proses merubah diri menjadi lebih baik yg dilakukan tanpa henti, tak mengenal waktu, dan sepanjang hayat tanpa meninggalkan adab dan norma yg berlaku. Ya, belajar sepanjang hayat. Itulah inti yg bisa aku cerna selama diskusi kemarin.


Bagan pengisian tugas Misi 5

Melihat bagan diatas, pikiranku langsung lari ke misi 4 pekan lalu yaitu penyelaman pertama untuk mencari makna. Kala itu, aku memaknai bahwa Ibu kebanggaan keluarga laksana Rumah. Setelah asyik berlari, tetiba aku jadi gagap sebentar. Aku mencoba menyelam lebih dalam kesanubari, ku korek korek lagi entah apapun itu yg ada di dalam diri ini. Pada akhirnya aku menemukan apa yg aku cari dan ku butuhkan, Tentunya sesuatu yg mampu memperkokoh Rumah bahagia yg ingin aku Ciptakan. 
“happiness is not searched, it's created”  -Riefki Amalia-



Institut Ibu Profesional selalu memberiku kesempatan untuk memetakan persoalan yg berkaitan dengan meningkatkan kualitas dan potensi diri. Salah satunya misi ini, yaitu belajar. Apa yg sebenarnya perlu ku pelajari agar makna Ibu kebanggaan yg laksana Rumah bisa aku perankan?
  • Parenting
  • Komunikasi produktif keluarga
Untuk saat ini, kedua ilmu diataslah yg sangat aku butuhkan. Mengingat 4 tahun sudah aku tidak bersinggungan dengan dunia parenting secara nyata. Ya, LDR ini lah yg membuatku semakin haus akn kedua ilmu tersebut, karena tinggal menghitung hari aku akan benar benar menjalankan peranku sebagai seorang Ibu. Aku tidak mau pulang dengan tangan kosong yg kemudian menjadikan ku gagap berperan.

  • Bercocok tanam dan membuat kompos
  • Zero waste
Lahan pekarangan yg masih lumayan luas, membuatku berpikir untuk mengolahnya. Pengalaman berkebun dan mengelola sampah yg aku dapat di sini (Taiwan) memberi ku sedikit bekal yg masih perlu aku dalami. Seperti cara pembuatan kompos, perkebunan hidroponik, aquaponik, pemilahan sampah daur ulang , pemanfaatan sampah organik anorganik dll.

  • Menulis
Hobi yg sangat perlu didalami lagi ilmunya. Karena selama ini menulis hanya karena ingin.

Sebenarnya ada banyak sekali yg ingin aku pelajari karena memang sifatku yg selalu ingin belajar banyak hal. Tapi kali ini, ada ilmu yg perlu diprioritaskan lebih dulu untuk kupelajari. Ilmu yg menunjang misi ke 4 ku, "Laksana Rumah" bahagia.



Adapun ilmu yg perlu aku tingkatkan pertama kali adalah berbagi. Aku merasa, selama ini masih kurang sekali dalam hal berbagi, entah itu berbagi makanan, uang, pengalaman atau bahkan ilmu (karena belum punya cukup ilmu secara khusus). Aku masih asyik dengan duniaku sendiri. Mungkin ini juga yg sering membuat ku gelisah, masih ceteknya ilmu Agamaku dan aku perlu mendalaminya lagi. Terlebih, selama disini aku cuma bisa belajar secara online, yg terkadang membuat ku frustasi ketika keinginan tidak sejalan dengan keadaan.

Kemudian aku ingin meningkatkan ilmu sounding dan bonding. Meski anak sudah bukan lagi balita, aku akan tetap melakukan itu. Setelah ditinggal 4 tahun lamanya, sudah barang tentu sikapnya akan berbeda meskipun komunikasi tetap lancar dan aku tidak ingim semua itu memberi jarak bagi kami (aku dan anak). Aku juga ingin membenahi karakter anakku yg belum sempat aku lakukan selama ini, aku tidak bisa mengontrol dengan siapa saja ia bergaul, bahasa apa saja yg ia serap, dan lainnya. Aku hanya memasrahkan semua itu pada orang tua ku.  Saat waktu pulang nanti tiba, aku akan kembali pada fitrah ku yg berperan menjadi seorang ibu yg benar nyata adanya dihadapan anakku. Sehingga pada akhirnya, aku bisa menjadi ibu yg bahagia dengan segala tetek-bengek peranku.

Tak berakhir disitu, aku juga perlu meningkatkan manajemen waktu dan gadget yg selama ini masih rancu dan seenak hati. Sifat moody ku lebih sering merajai, sampai kadang membuyarkan konsistensi membaca dan menulis yg sedang aku giatkan. Padahal kalau sedang baik baik saja, segala pekerjaan, tugas dll bisa ku selesaikan secepat kilat. Oke! Ini adalah PR terbesar agar jurnal harian ku tertata lebih rapih (sebenernya ngga suka terlalu rapih juga sih karena ngga ada seni nya😁). Tapi setidaknya waktu yg kupunya bisa digunakan sebaik mungkin, dan gadget-ku bisa bermanfaat sesuai kebutuhan.



Ada juga nih ilmu yg perlu aku latih, tapi sepertinya akan jadi hal wajib deh buatku. Berdamai dengan diri, ini nih sesuatu yg wajib itu. Sifat moody yg ada diriku, memaksaku untuk terus berlatih mengendalikan perasaan, emosi, frustasi, bosan dan bolo-bolonya. Aku si ambivert ini, lebih cenderung memainkan mood yg sering timbul tenggelam. Banyak aktifitas yg akhirnya tertunda gegara mba moody datang, dan itu bikin sebel sendiri. Seperti lagi asyik nulis, mba moody tiba-tiba dateng dan aktifitas menulis pun harus berhenti mendadak karena imajinasi secara dadakan hilang.

Setelah bisa sedikit mengendalikan diri, aku ingin berlatih untuk berkomunikasi produktif dan efektif pada anak dan suami. Tentunya tidak mudah, aku masih saja dihantui trauma bullying 22 th lalu yg membuat ku kesulitan untuk berkomunikasi efektif dan menyampaikan pendapat. Aku masih sering salah menyusun kata, sampai kadang orang yg mendengarnya sering salah mengartikan apa yg aku ucapkan. Aku ingin seperti orang orang yg bisa dengan mudah menyampaikan sesuatu yg mereka maksudkan. Aku sangat ingin melatih itu. Agar kelak, aku sudah tidak canggung lagi saat pulang nanti dan beradu kata dengan anak ku. Anak dengan segudang pertanyaan yg bisa memberi jawaban pula, aku takut kewalahan dengan kekurangan ku itu. Aku juga ingin bisa dengan mudah mengutarakan keinginan pada pak suami tanpa harus main kode kodean yg bikin pak suami kebingungan. Bisa leluasa berdiskusi menyatukan misi cara mendidik anak, agar home library bisa berjalan sesuai rencana, dan urusan domestik lainnya.

Meskipun masih angan-angan, aku sudah mulai mempersiapkan berbagai DIY permainan dan kreasi yg menyenangkan untuk anak. Ini salah satu cara agar kedekatan ku terjalin lagi karena mas Daffa (anakku) sangat menyukai hal hal yg berbau kreasi, praktek, dan baru. (Sifat moody ku nurun ke dia). Ini juga yg akan membuat home library ku semakin hidup.

Seperti yg ingin aku pelajari tentang Bercocok tanam dan membuat kompos dan Zero waste, aku akan melatihnya nanti bersama anak dan suami dirumah. Dengan begitu, setidaknya tindakan ini bisa mengurangi sampah yg selama ini menjadi momok mengerikan bagi bumi. Hasil tanam juga bisa menjadi salah satu solusi ketahanan pangan rumah tangga. Sekalipun banyak terjual bebas dipasaran, hasil tanam sendiri akan jauh lebih memiliki nilai plus, fresh dan ada kepuasan sendiri bagiku. Aku jadi lebih menghargai para petani yg bersusah payah mengolah tanah dan sayuran, menjadi bersemangat menanam sayuran dan tumbuhan hijau karena terasa sejuk, asri dan menyenangkan.

Ini sebenarnya terinspirasi dari keseharian ku selama di Taiwan, dimana mayoritas orang sini senang sekali bercocok tanam, memilah sampah bahkan menjual sampah daur ulangnya sendiri. Aku sudah terbiasa melakukan itu semua, jadi aku ingin membawa kebiasaan baik ini kerumah. Setelah dirumah berhasil, aku berharap akan merambah ke samping kanan kiri depan dan belakang.




Setelah menuliskan apa yg perlu aku pelajari, tingkatkan, dan latih, ini adalah bagian tersulit yg ingin aku tuliskan. Dua hari ini aku berfikir, merenung dan mencari cari ilmu apa yg kiranya bisa aku bagikan?. Entahlah, aku bingung. Bahkan sampai saat ini aku belum menemukan apa-apa.

Aku belum punya keahlian khusus dibidang apapun, semuanya biasa saja, hanya sebatas bisa. Aku tidak punya pendidikan khusus yg memberiku gelar sehingga punya cukup ilmu untuk dibagikan. Untuk saat ini, aku cuma punya tulisan yg masih belum tertata. Masih membahas tentang diriku dan keseharian ku. Aku juga cuma punya pengalaman kerja di Taiwan, merawat lansia dengan segala pekerjaan rumah yg aku jalani. Ada sedikit ilmu yg ku kantongi tentang perawatan lansia yg perlu bolak balik ke RS, sedikit ilmu berkebun, sedikit ilmu memasak ala Taiwan dan lainnya yg berhubungan dengan kegiatan ku disini.

Inilah aku dengan segala keterbatasan ku, aku yg masih perlu banyak belajar. Dan di Institut Ibu Profesional ini lah aku akan memulai semuanya.





-heffi novayanti-
-IIP Asia-

Support by Canva (edited)

Komentar

  1. MasyaAlloh mbaa lengkap bangeet 💕

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah mba,
    Belajar jujur pada diri sendiri, nulis seadanya 😍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Why am I getting surgery? (Fen Liu)

I am an UAENA

Edamame Lada Hitam ala Taiwan