Selamat datang Madu-Ku
Part satu
Welcome Madu-ku
Sebenarnya aku bingung mau bagaimana menuliskannya.
Semalam, seorang teman bercerita tentang kisah barunya yg membuatku menangis seketika itu. Panggil saja ia Rahma (nama samaran), aku sudah berjanji untuk tidak menulis identitas aslinya meskipun pada kenyataan cerita ini tidak akan lagi menjadi rahasia umum. Untuk menulis ini, aku sudah mendapatkan ijin dari mba Rahma sendiri yg sepertinya memang ingin menuliskan. Tapi perasaan seolah enggan memberinya ijin “Apa kisah nyata ini perlu dituliskan?” tulis mba Rahma pada WA-story nya
Awalnya aku membaca WhatsApp story pertamanya yaitu foto yg menunjukkan salah satu jari mba Rahma berdarah. Disana tertulis caption “Ya Allah, ini belum seberapa 😭”. Sontak aku langsung membalas “Kenapa mba?”
Selang satu jam lebih ada balasan dari mba Rahma. Isinya satu vidio dan sebuah pertanyaan yg kujawab tunai dengan tangisan.
“Menurutmu gimana mba?” tulisnya.
Lalu ku buka vidio itu, ku baca perlahan dengan mata yg terus ku lebarkan. Sebuah vidio record chatingan antara mba Rahma dan suami yg membuatku banjir air mata. Bagaimana tidak?. Dalam vidio berdurasi tak kurang dari satu menit itu ada kata maaf yg tertulis berulang kali. Kata maaf itu mewakili sebuah pengakuan sang suami bahwasanya ia di sana (Indonesia) telah memiliki pujaan hati yg lain. Sebuah pemberitahuan bahwa sang suami akan menikah lagi yg bahkan tanpa segan diceritakannya si orang ke ketiga itu pada mba Rahma.
Di vidio itu juga tertulis bawha mba Rahma pernah mengatakan akan setuju jika suaminya ingin menikah lagi. Tapi kejadian ini mendadak tanpa aba-aba, tentu saja mba Rahma yg tidak tahu apa-apa masih tetap tenang dan menanggapinya sebagai lelucon belaka. Sampai pada akhirnya mba Rahma sadar bahwa itu adalah sebuah kenyataan. Skenario baru yg Allah tulis dan harus mba Rahma jalani mulai saat ini.
Setelah menulis pendapat andaikata aku yg ada diposisi itu, ku tinggalkan sebuah pertanyaan di ruang obrolanku dengan mba Rahma.
“Apa alasannya mba?”
“Dijodohkan atau kemauan sendiri?”
Aku tidak tahu lagi harus menanggapi apa tentang vidio itu ke mba Rahma. Aku sendiri akan bingung jika ini terjadi padaku karena ini adalah resiko para pejuang LDR, dimana iman menjadi taruhannya. Kami berdua sama-sama pejuang LDR, terpisah dari anak dan suami dengan jarak yg tidak dekat. Taiwan-Indonesa untuk mba Rahma, suami dan anak, Taiwan-Malaysia-Indonesia untuku, suamiku, dan anakku.
Ya, ku akui orang ketiga adalah momok mengerikan untuk pasangan suami istri, meskipun orang ketiga memang tidak selalu menjadi akar permasalahannya. Cerita ini kemudian ku jadikan bahan diskusi dan evaluasi diri bersama suamiku tadi malam. Aku juga meminta pendapat tentang masalah ini dari sudut pandang seorang laki-laki atau suami. Suamiku berkata bahwa, “Ujian LDR itu ya memang tahan godaan. Bisa ngga mengendalikan keinginan yg memang dimiliki semua lelaki yg sudah menikah. Kebutuhan biologis. Tapi itu semua sih kembali lagi ke pribadi masing-masing”
Aku lega mendengar jawaban suami karena ia masih berpegang pada komitmen diantara kami. LDR ini hanya sebagai batu loncatan menggapai tujuan.
Oh iya, pagi ini mba Rahma menjawab pertanyaanku yg tadi malam. “Hamil mba” tulisnya singkat. Kemudian mengirimiku screenshot percakapan dengan calon madu nya yg membuatku geleng kepala. Aku salut dengan ketabahan hati mba Rahma sekaligus gemes dengan kesantaian calon madu nya, sebut saja Ita (nama samaran).
“Ta, kapan mau nikah sama suamiku?” tanya mba Rahma
“Kapan sih mba, aku aja bingung” balasnya
“Ya sebelum bayimu lahir lah”
“Kalau nikah pas hamil nantinya ngga sah, paling nikah siri dulu mba. Kalau resmi kan harus ada syarat persetujuan dari istri pertama mba”
“Ya udah aku setuju, tinggal kalian yg menjalani”
(Moco iki krenyessss pol atiku kok iso legowo men)
Kemudian Ita meminta maaf atas kesalahan yg telah dilakukannya bersama suami mba Rahma. Ia mengaku sudah berusaha menggugurkan janin yg dikandungnya dengan meminum berbagai macam obat namun tidak berhasil.
Dan aku ingat saat membaca vidio record chatingan semalam. Disana suami mba Rahma menuliskan bahwa calon istri keduanya seseorang yg baik dan pintar mengaji. Tapi dari sini aku bisa mengambil pelajaran berharga bahwa pada kenyataannya keimanan seseorang bisa lemah terkalahkan oleh hawa nafsu. Bahkan nalar tidak lagi berjalan sesuai aturan saat pikiran gelap. Ia akan mengorbankan siapa saja tanpa belas kasihan termasuk janin yg tak berdosa.
Meski begitu, semua itu terjadi bukan tanpa sebab.
To be continue...
Komentar
Posting Komentar