Bak nonton drama Romantic Doctor Teacher Kim




Part 2

Ada wawasan baru yg aku dapat selama merawat lansia di Taiwan ini. Mulai dari merawat kakek nan rewel dan genit, merawat nenek dan kakek yg akhirnya beliau berdua meninggal hanya berselang satu tahun, terakhir saat ini merawat nenek yg mulai sering mengeluh sakit ini lah itulah, disinilah dan disitulah.

Ya, merawat orang tua itu harus ekstra sabar melebihi merawat bayi. Masih mending kalau yg dirawat dalam keadaan pikiran yg normal, hanya tubuh saja yg merenta. Jika sudah pikun, sabar harus diulur lebih panjang lagi. Tapi alhamdulillah selama inu aku masih terus menjaga lansia yg masih normal cara berfikir nya, hanya saja harus lebih mempersiapkan fisik yg sehat dan kuat.

Seperti nenek yg ku rawat sekarang, beliau tidak bisa berjalan dan mempunyai berat badan 65 kg sedangkan berat badanku sendiri 42 kg. Sebisa mungkin aku harus bisa menjaga stamina agar tidak mudah kelelahan walaupun kenyataannya ya tetap saja lelah. Selengkapnya nanti akan aku ceritakan di part khusus perjalanan selama di Taiwan. (Perjalanan kerja maksudnya ya hehe)

Di part sebelumnya aku sudah cerita bagaimana nenek mendapatkan perawatan pada bagian perut dan tenggorokannya kan?. Nah kali ini aku mau cerita dimana aku seolah-olah menonton secara langsung adegan drama bergenre medis dengan judul Romantic Doctor Teacher Kim (Kim Sabu). (maklum yak, beberapa bulan yg lalu baru tamat drama season 2 nya, jadi yg masih membekas drama itu dijadiin contoh)

Jadi gini ceritanya.
Em, sebenarnya sih ini bukan kali pertama aku lihat adegan seperti ini. Karena jauh sebelumnya aku sudah melihat proses nenek dan kakek waktu dibawa ke UGD dan akhir-akhir ini juga sering bawa nenek yg sekarang ke UGD. Tapi kejadian kali ini berbeda.

Kemarin itu aku sedang duduk didepan ruang Fluoroskopi tempat dimana nenek melakukan pemeriksaan. Disudut ini memang tempatnya berbagai macam X-ray dilakukan. Dari arah ruang registrasi, datang seorang pasien yg berbaring di atas ranjang serta didampingi oleh dokter dan keluarga. Kemudian berhenti tepat didepan tempat duduk ku, hanya berjarak kurang lebih 1,5 meter. Sepertinya pasien ini akan menjalani pemeriksaan MRC (magnetic resonance computed). Beliau adalah pasien yg masih stay di ruang ICU

Saat sedang menunggu didepan ruangan, tiba-tiba kpasien itu kejang. Sontak Dokter yg ada di sana berlarian mendekat, aku dan orang yg ada disanapun tanpa diminta langsung menjauhkan diri. Kulihat dengan seksama, ada yg memberi suntikan (sepertinya kaya obat pemenang atau sejenisnya), ada yg memompa ambu bag, ada juga yg memegangi tangan dan kaki. Pokoknya waktu itu sibuk dan banyak Dokter yg menangani. Karena keadaan yg seperti itu, Dokter lalu membawa kembali pasien itu ke ICU.

Ini adegan nyata yg bikin degdegan sekaligus merinding. Sekalipun lebih merinding waktu nemenin mendiang kakek menghembuskan nafas terakhirnya. 

Jujur saja, aku yg orang awam ini takjub dengan nesin mesin berukuran besar dan bisa memeriksa bagian tubuh secara detail yg entah akan bisa ku temui atau tidak di Indonesia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Why am I getting surgery? (Fen Liu)

I am an UAENA

Edamame Lada Hitam ala Taiwan