BOOMERANG _Tulisanku menjadi Kisahku




Tulisan yang  jadi BOOMERANG 

Januari 2022 adalah  terahir kalinya ku sentuh ruang ini. yaaaa, tentu  karna aku  sedang  berusaha  untuk baik-baik saja. Sebenarnya masih enggan rasanya bermain disini, tapi dilain sisi aku juga ingin meluruhkan separuh rasa yang sering kali menyebakkan dada. Karna yang pasti dengan menuangkannya, aku harus mengingat membuka lagi memori yang ingin aku tutup rapat.

Okey,
Tulisan yang mana sih?
Tulisan apa sih?
klik aja disini kalau kalian mau membacanya. Tapi tulisannya tidak aku selesaikan, karena terlalu sakit untuk menuliskannya.

Aku pernah menuliskan kisahnya mba Rahma yang menyambut madunya waktu itu. Aku menangis, marah, dan emosi sendiri saat mba Rahma curhat. Aku bahkan pernah bilang, "kalau aku jadi kamu, sepertinya aku memilih menyerah mba". Dan mba Rahma memilih bertahan sampai sekarang sudah punya baby Al. Bukan tanpa alasan ia sanggup bertahan, bukan tanpa kekuatan ia merelakan berbagi suami, bukan tak lemah juga ia masih tersenyum sampai detik ini. "Mba, terimakasih yaaa karena sudah sanggup berdiri tegap, dan memberiku rambu rambu untuk  melangkah".

Rambu-rambu?
Iya rambu-rambu, dengan kisahnya mba Rahma yang rumit memberiku peringatan tegas untuk siap melangkah. Karena pada kenyataannya tulisan itu menghampiriku, kisah yang ku tulis penuh  emosional (bukan marah-marah yaa, tapi penuh penghayatan) menjadi boomerang untuk diriku sendiri. 

Semua berawal dari kecurigaan. Katanya feeling seorang istri tuh jarang meleset kan?. Aku dan mba Rahma sama-sama menjalani hubungan LDR beda negara, sama-sama merantau. Yang namanya curiga itu pasti ada dasarnya laah, dan aku curiga bukan tanpa alasan cuma aku berusaha menutupinya. Aku masih baik-baik saja menjalani hari dan kuperbanyak aktifitas untuk mengurangi pikiran negatif yang sering menyerang.

Makin lama, hati makin ngga karuan. Makin ada yang janggal. Sampai aku nemuin something wrong yang dibantah dengan alasan yang kurang ehhh tidak masuk akal di otakku. Ini tentu nyeritain aku dan teeeeeeet mantan yaaa. Pokoknya sesuatu yang berhubungan dengan orang ke tiga. Aku ngga tau ini setingan atau disengaja, atau emang engga tau, pokoknya aku maafin dan anggep ngga ada apa-apa. Jadi masalah dianggap clear selesai titik.

Dan karena aku masih ada tanggung jawab  anak yang harus dididik, dikasih makan, jajan, dan sekolah, aku pikir belakangan soal itu. Yang aku pikir  saat itu cuma gimana caranya muter otak biar kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi tanpa ngutang. Jadi yaaa tubuh berasa kaya dibagi seratus aja gitu, bentar disana, disini, disono, dimana-mana ada aku. hehehe

Nikmat luar biasa sampe rasanya tuh pengen nyerah aja gitu. hiks 🥺

Buuuut, itu bukan Heffi  namanya kalau nyerah  dalam hitungan detik. Aku kembali bangkit dong, malu sama anak kalau pas minta jajan ngga ada uang di dompet. hehe. Ya begitulah sampai singkat cerita diakhir pedebatan, percekcokan dengan mantan dan akhirnya fix ambil keputusan. Tiba-tiba ada durian runtuh pas aku bener-bener lagi nyidam durian. eh maksudnya gimana nih.

Jadi pas doi (mantan) udah pulang dari tanah rantau, Malemnya tuh ada sese emba inbox di FB (sekarang udah ku hapus). Isinya gini.

"Mba Heffi, saya minta maaf yaa karena sebenarnya  saya dan -------- sudah menikah" dan bla bla bla aku ngga mau menuliskannya. 

Setelah baca inbox itu, reaksi pertamaku adalah ketawa trus ngucap Alhamdulillah. Trus aku kasih tau Bapak dan Mama pake load speaker karena posisiku dikamar dan beliau berdua lagi nonton TV takut ngga denger. Karena aku baca sambil ketawa, merekapun ikut tertawa.

"Yaaaaa kaaan" kompak banget

Ngga sampai disitu, lanjut lah perkenalanku sama sesemba itu sampai jam 12.30an malam. Tentunya  di temenin Bapak Mama dong sambil nonton TV. Kukorek semuanya  tanpa ada nada marah sedikitpun. Ini semua aku belajar dari sikap mba Rahma waktu itu. Toh marah pun percuma, jauh, via onlen, kalau deket mungkin langsung aku ajak mbakso bareng sambil ku jambak, siram pake kuah bakso (ngayal tapi yaaa hehe).

Setelah dirasa puas, ya udah aku ke kamar lagi, dan beliau berdua juga ke kamar. Tapi kenapa  yaaa, sampai kamar ngga ngantuk. Malah sibuk scroll keatas kebawah chatingan sama mba itu, yaaaah malah bantalnya jadi basah. Manusiawi lah yaaa, nangis sesenggukan sampe ngga bisa nafas, sampe diteriakin bapak. "Tidur udah pagi". Tetep aja ngga bisa tidur. Nangis tanpa suara tuh sakit banget tau didada, tenggorokan,  mata, kepala, pundak lutut kaki segala. ehhhe ngga gitu juga ding.

Pokoknya tau tau dah adzan subuh gitu lah bangun ngga tau kapan tidurnya. Yaaah apa daya, mau nyembunyiin kalau ngga nangis pun percuma wong matanya  aja bengkak pake banget. Lalu aku dan Bapak lanjut ke rumah mantan buat minta klarifikasi, pagi banget kaya anak mau berangkat sekolah. hahaha.

Singkat cerita gedebag gedebug jreng jreng jreng. "Iya kenal, tapi cuma temen". 

"konco turu" batinku

Haaaah, cuma bisa ngelus dada sih waktu itu. Dan akhirnya  talak tilu sakalian biar ngga balik-balik lagi, cukup sekali dengannya. Karena ini bukan tentang bukan uji coba kekuatan benteng pertahanan.

Intinya, ya seperti itu. Aku ngga mau membuka sepenuhnya apa yang terjadi karena terlalu menyakitkan.  Mba Rahma bertahan karena suaminya memilihnya, berusaha memperbaiki  juga mempertahankan mba Rahma. Lah aku???, aku ngga seberuntung itu. Ehhh masih dibilang kurang bersyukur dan tak tahu  diuntung, ya udah makanya aku lepaskan. Do'aku semoga dia dapat ganti yang lebih bersyukur dan tahu diuntung memiliki dia. Dan aku ngga akan pernah lupa akan kata-kata itu, aku berjanji pada diri sendiri mulai saat itu akan menjadi orang yang lebih bersyukur lagi, dan lebih bermanfaat lagi untuk orang lain.

Aku tidak menyesal ?
Ada, pasti ada rasa menyesal.
Menyesal karena semua jadi seperti ini saat sudah berjalan di tahun ke 9. Semua  sudah aku susun sedemikian rupa, merintis dari 0 untuk bisa hidup dilingkungan baru. Memulai segalanya dari bawah lagi dan sendirian ngga setiap hari bisa ketemu orangtua, saudara. Ya... berdua saja dengan anak. Dan kenapa sampai  diumur yang ke 8 anakku belum sempat mengenal didikan seorang ayah yang secara benar bukan hanya pendampingan  saja. Seolah aku merasa selama ini seperti berjuang sendirian, baik secara materi, pendidikan, maupun batin. 

Jadi itulah kenapa aku memilih menyerah, terlebih melihat fakta untuk  saat ini, aku makin yakin bahwa keputusanku tidak salah dan meski harus sangat menyakitkan, harus pernah mengalami menangis malam berbulan bulan, sakit drop sampai kena asam lambung dan sesak di dada, BB turun  drastis jadi 36kg. hiks 🥺

Tapi ngga papa, walau semua harus di mulai dari nol banget, nol lagi SEMUANYA. Tapi aku selalu bersyukur masih diberi kuat, sabar  sampai detik ini. Ya manusiawi lah ya pernah bar-bar, ngereog, stres dan kawan-kawannya namanya juga masih punya emosi. Ngga gila aja alhamdulillah  loh. 

Ini versi yang aku rasa, mungkin akan lain cerita  di versi yang dia rasa. Aku bukan orang baik yang sepenuhnya benar, ini hanya cerita dari sisi seorang perempuan yang pernah merasa hancur jiwa, raga dan karirnya. Its oke kalau ada pandangan miring, menceng, maupun bengkok tentang ini semua, but ini lah faktanya, ya kaya gini adanya.

okeeey salam lanjut yaaa....
akan ada episode seterusnya selama udah mulai nulis, hehe...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Why am I getting surgery? (Fen Liu)

I am an UAENA

Edamame Lada Hitam ala Taiwan