Targetku di Bunsay




Setiap mahasiswi di Ibu Profesional pasti punya targetnya masing-masing kenapa sampai ikutan kelas Bunda Sayang.

Manika kemarin mengingatkan kembali tentang pengertian Ibu Profesional baik menurut KBBI ataupun secara spesifik nya.

Dan menurutku, ibu profesional adalah seorang ibu yg bisa menjalankan perannya secara profesional. 

Jadi teringat saat masih di kelas foundation dulu ibu Septi pernah bercerita bahwa menjadi ibu yg profesional itu seperti apa sih?. Kurang lebihnya seperti ini, seorang ibu yg bisa menjalankan peran sebagai ibu di dalam rumah dengan rasa bangga. Anggap saja kita ini sedang bekerja layaknya pekerjaan di luar rumah, meski kenyataannya adalah diranah rumah sendiri. Anggap saja masak, nyapu, ngepel dan mengurus keluarga adalah pekerjaan yg menyenangkan, bukan lagi tugas sebagai IBU.

Bu Septi juga menyarankan kami untuk memilah, mana pekerjaan yg menyenangkan dan kurang menyenangkan?. Maka kita bisa memilih mana dulu yg mau dikerjakan atau bisa juga pilih salah satunya. Dengan jalan lain yg kurang disukai meminta bantuan ahlinya. Contoh kurang suka aktivitas pergombalan alias cuci gosok baju, maka bisa di alihkan  ke jasa Laundry dan alternatif lainnya.

Tapi bukan berarti saat kami kirang menyukai suatu kegiatan lalu benar-benar tidak mau melakukannya loh ya. Ada kalanya kami juga harus belajar menerima peran menantang itu. Bukankan pada saat menjadi pekerja juga ada tantangan dan evaluasi?. Nah anggap saja seperti itu agar kedepannya bisa mengubah diri lebih baik lagi.


quote dari Ibu Septi pada materi Pos 3 #bunsay


Trus apa kaitannya cerita diatas dengan materi dari Manika?

Nah, materi pos ke 3 kali ini Manika menjelaskan tentang,

4 keterampilan dasar sebagai orang tua masa kini”

Nah, bukan cuma jajanan, baju atau tempat wisata aja kan yg harus kekinian. Tapi kami para orang tua pun ternyata harus kekinian juga mengikuti zaman. 

Pertama, yg perlu kami miliki adalah harus punya rasa "Sadar diri" dulu bahwasanya saat ini kami adalah orang tua yg masa kini. Ya di zaman ini. Di era yg kebanyakan serba bisa di akses melalui sosial media meski tidak semua.

Didiklah anakmu sesuai jaman nya - Ali bin Abi Thalib
Dimateri kali ini aku merasa tertampol sekali. Dimana aku yg baru 1 tahunan ini menjalani peran yg sebenarnya tak lagi baru, tapi tetap saja baru bagiku untuk membersamai anak usia 6th, 7th saat ini.

Setelah menyimak maateri, aku ternyata masih mendominasi peran ibu yg jadul hiks... Sedihnyaaaa.

Aku masih saja tanpa sadar sering mempraktekkan dimana anak harus mendengar nasehat ataupun perintah dan larangan yg tak bisa diganggu gugat. (syediiiih). Aku merasa bersalah sekali karena telah berlaku demikian selama ini.

Untuk itu, di pos 3 kali ini target pertamaku adalah menjadi fasilitator, teman bertumbuh dan berkembangnya Anak. Aku ingin bisa menjadi orangtua yg kekinian. Tidak kudet dan tidak lagi kuno yg masih belum bertranformasi. Aku juga ingin belajar pola pengasuhan yg menyenangkan, sehingga ana tidak merasa bahwa dirinya sedang dididik. Tapi menjadikan proses pendidikan itu sebagai kebiasaan dan pembiasaan yg baik.

Yah tentu saja aku harus belajar lagi dan lagi tentang ketrampilan yg harus dimiliki orang tua. Seperti,
  •  Belajar mengelola mental stage
Dalam diri ini selalu ada sisi saat kita merasa menjadi Orang tua, Anak-anak maupun orang dewasa.

Aku belum bisa benar-benar mengontrol akan menjadi sisi yg mana saat aku ada di depan anakku. Sering kali aku hanya memerankan peran sebagai orang tua dan orang dewasa. Tapi tanpa sadar aku sering juga menunjukkan sikap kekanak kanakanku yg tak mau mengalah dengannya, seolah kami adalah teman sebaya. Dan itu membuat kami bertengkar sebentar lalu saling memaafkan. Aku belum bisa mengontrol itu semua.

Bahkan saat • berkomunikasi pun sering kali menggunakan kata-kata yg menasihati dan mengajarkan. Masih menggunakan bahasa orang dewasa. Aku masih kurang dalam hal mendengarkannya, mengobrol meminta pendapatnya, atau sekedar mendiskusikan sesuatu yg ada kaitannya dengan dirinya (anakku).

Jadi sudah sewajarnya kali ini aku mengupgrade kualitas diriku. Aku harus sadar. Pola pengasuhanku yg mulai harus berbagi waktu menuntut ku harus belajar menjadi ibu yg profesional dalam berperan. 

Bekerja di ranah publik menjadi tenaga pengajar untuk anak orang lain, sudah barang tentu mengemban amanah dan tanggungjawab pekerjaan. Namun terlepas dari itu (mengajar), masih ada tanggungjawab utama yg menanti ku setiap hari di rumah.

Dengan mengupgrade diri secara berkala mengikuti perkembangan zaman, aku berharap bisa membersamai anakku dengan pola pengasuhan yg tepat dan tanpa mencak-mencak alias sewot entah karena alasan apapun. Hehehe

Nah, untuk ketrampilan mengapresiasi, alhamdulillah sudah berjalan meski masih dalam poin sikap dan perilaku anak. Namun dengan adany apresiasi ini, anak semakin bersemangat untuk bersikap dan berperilaku lebih baik lagi. Tentunya dengan tetap memberikan penjelasan mengapa sampai mendapat apresiasi? Apa manfaatnya? Kenapa harus dilanjutkan dan harus lebih baik lagi?.

Kata bu Septi Peni Wulandani
For things to change, I must change first.
kata pak Dodik Mariyanto
Perubahan tidak bisa dimintakan. Perubahan itu digerakkan oleh masing-masing. Perubahan adalah hasil keputusan.
Kalau kataku
Kalau bukan kita sendiri yg merubah, mau nunggu siapa lagi?
#Prabunsay7
#TranscityHarmoni
#InstitutIbuProfesional
#IbuProfesionalforIndonesia
#SemestaKaryaUntukIndonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Why am I getting surgery? (Fen Liu)

I am an UAENA

Edamame Lada Hitam ala Taiwan