Core Value and Me 2
Foto menyusul lagi
Setelah kemarin bercerita tentang pedoman, aturan dan rambu-rambu yg ada di Ibu Profesional atau biasa kami singkat CoC (Code of Conduct). Kali ini aku mau cerita tentang Core Value.
Apa sih core value itu?.
Di Ibu Profesional kami tidak hanya dituntut untuk membumikan CoC, tapi ada juga nilai-nilai yg harus dijunjung tinggi agar kami bisa all out dalam belajar dan mengaplikasikan ilmu kedalam kehidupan. Ya, Ibu Profesional adalah wadah kami para ibu untuk belajar mengenali peran diri.
Flashback lagi sedikit. Saat aku masih di Taiwan dan belum kenal IIP, aku adalah orang yg ceria tapi penuh kebimbangan. Segala macam bayangan dan pikiran beterbangan, berhamburan di otakku. Aku gelisah dan kebingungan karena memikirkan nanti seandainya aku pulang......(bla bla bla)
Ratusan kemungkinan kupikirkan dan yg paling membuatku bimbang adalah soal pengasuhan anak. Dimana bocah mungil yg waktu itu ku tinggal saat usia baru 1,5th, dan saat aku pulang nanti sudah usia 5,5th. Apa yg harus aku lakukan? Apa yg sebaiknya aku katakan padanya?. Bagaimana caraku mendekatkan diri setelah sekian lama berpisah?. Kenalkah ia padaku?.Aku bimbang jika harus bertemu kenyataan menyambung kembali kehidupan bersama kami yg sempat berjarak (aku dan anakku, suami merantau).
Tapi satu tahun lalu, aku bersyukur sekali bertemu dengan core value di kelas bunsay dan berusaha memprakteknyanya meski harus gagal di perkuliahan bunsay batch#6.
Core Value ada 5
- Belajar
- Berkembang
- Berkarya
- Berbagi
- Berdampak
Nah ini yg paling berkesan sih kalau di Ibu Profesional. Ngga cuma numpang nyari ilmu aja (kasarnya). Tapi kami sendiri diharuskan punya tujuan masing-masing yg kalau bisa direalisasikan. Makannya kami harus belajar dulu, kenali diri dulu (lagi), juga keluarga (lebih memahami). Nah, dari belajar itulah diharapkan kami bisa mengembangkan ilmu yg kami dapat dengan cara diaplikasikan ke kehidupan kami masing-masing. Nah setelah itu baru deh kami bisa berkarya sesuai potensi yg sudah kami kembangkan. Di Ibu Profesional ini kami dianjurkan saling berbagi loh, apa saja yg baik bagikanlah. Berbagi pengalaman kami yg tentunya mampu kami pertanggungjawabkan karena memang real dari kami sendiri. Tapi hendaknya apa yg kami bagikan bisa berdampak baik bagi keluarga ataupun masyarakat.
Semua itu pasti memang perlu proses, dan prosesnya panjang, gga bisa ujuk ujuk jadi. Karena diri kami sendirilah yg berproses bukan menunggu proses dari orang lain.
Nah sebelum berproses, kami diingatkan kembali betapa pentingnya untuk mencari strong why keberadaan kami di Ibu Profesional. Jangan asal trabas aja. Hehe
“Apa yang menjadi Strong Why dalam mengikuti kelas bunda sayang batch 7 ini?“
Apakah kita Bahagia menjalaninya, atau Apakah hanya sekedar ikut-ikutan saja?” untuk siapa kah kita mengikuti kelas bunda sayang ini? Haruskah saya mengikutinya? -kutipan dari FBgroup-
Ini adalah kali keduaku di kelas Bunsay.
Seperti namanya, bunsay (bunda sayang), zona dimana saat kami belajar harus dengan melibatkan anak atau anggota keluarga yg lain. Ini cocok banget sebenernya sama keadaan tahun lalu. Pas banget untuk bonding ulang sama Daffa. Tapi sayang, aku menyerah karena sesuatu yg ternyata bisa ku atasi dalam beberapa bulan.
Menyesal?
Yes, tapi aku ngga mau terpuruk dong. Kegagalan tak berarti kita benar-benar gagal. Buktinya tak semua ilmu yg kudapat saat beberapa bulan di bunsay kemarin ku abaikan. Banyak juga yg terus ku lanjutkan. Memang tak sekonsisten saat masih belajar di kelas, tapi setidaknya ada ilmu yg membekas dan aku rasa sangat baik jika dilakukan dan dibiasakan.
Contoh efek baiknya,
Daffa sekarang jadi lebih peka sama mamanya, misal mamanya sedang sibuk di dapur ia turut serta bantuin di dapur. entah apapun itu yg ia kerjakan.
Kadang suka mandiri, minta goreng telur sendiri (dalam pengawasan), nyiapin makan sendiri, dll
Juga kini ia lebih inisiatif alhamdulillah.
Tapi ada efek buruknya juga cuti dari bunsay,
Ia kembali jadi anak yg penakut hiks...
Mamanya juga jadi kurang konsisten bikin jadwal harian. Dan akhirnya merubah sedikit kebiasaan kami. Yg tadinya terarah trus sekarang semrawut.
Terlebih saat ini aku ada dikeadaan yg berbeda dengan tahun lalu. Aku kini seorang pengajar dan calon mahasiswi (on proses). Pasti akan ada kebiasaan baru yg butuh proses bagi si kecil. Tidak mudah baginya untuk berbagi waktu dengan mama yg baru saja pulang dan membersamainya satu tahun ini.
Tapi ini adalah kenyataan, mau tidak mau ia harus belajar. Dan sudah menjadi tugasku untuk mengajaknya belajar menghadapi kenyataan dengan bahagia, tanpa paksaan dan saling mendukung (Berdua, suami masih merantau)
Diawal pasti akan terasa sangat berat lagi setelah berbulan bulan ada di zona nyaman, tapi nyatanya saat sudah mulai terbiasa manfaatnya sangat terasa sekali (berdasarkan pengalaman tahun lalu). Ada rasa haru ketika ia mulai mandiri dan bisa memainkan emosi, menjadi lebih peka dan memahami keadaan.
“Terimakasih nak, darimu lah mama belajar.”
Ibu mana yg tak mau ini berkelanjutan?
Meski bagi sebagian orang yg kulakukan adalah pemaksaan atau tak merasa kasihan, tapi tidak bagiku. Ini adalah pembiasaan yg baik. Baik untukku atau untuknya. Aku dan anak juga yg akan merasakan sendiri efek nya, baik dari segi manfaat dan perubahan karakter baik.
Jujur saja, ini adalah strong why terbesar bagiku. Dan aku tak mau membuang kesempatan ini. Makanya saat di transcity harmoni meski sudah pesimis bakal bisa masuk bunsay batch#7, tapi alhamdulillah masih ada kesempatan. Jadi tanpa ba bi bu langsung kusabet saja tugas khusus itu.
Dan maha baik Allah, akhirnya bisa juga masuk. Bahagianya tak terkira. Dan kali ini insyaallah aku sudah siap menerima ilmu.
Semoga pembiasaan yg kami lakukan tahun lalu akan lebih berkembang di tahun ini. Aamiin
#Misi2prabunsay7
#TranscityHarmoni
#InstitutIbuProfesional
#IbuProfesionalForIndonesia
#SemestaKaryaUntukIndonesia
Komentar
Posting Komentar