Sempat Dikira ini itu
Pelit ??
Mata duitan ??
Itu duluuuuu, saat orang-orang belum tau yang sebenarnya. Dan sekarang mungkin mereka berubah menjadi iba kepadaku...
its okey.
Setelah masa tantrum versi dewasaku mulai berlalu, kesehatan mulai pulih, pikiran mulai tertata lagi, akhirnya aku mengambil keputusan yang resikonya sangat besar kedepannya. Pengajuan PERCERAIAN. Bukan hal mudah untuk mengambil keputusan ini, banyak pertimbangan, masukan dan memikirkan resiko dari semua itu.
Bukan semata-mata menuruti ego sendiri. Keputusan ini aku ambil karena sudah terlalu lama menunggu itikad baik dari mereka, baik itu dari suami (waktu itu) dan juga dari mertua. Pihak mertua sama sekali tidak mencariku sejak setelah pergi dari rumah, begitu pun ayahnya anak. Hanya sekali konfirmasi ke Bapakku dan dianggap semua baik-baik saja.
Terlebih saat aku meminta ijin untuk berangkat lagi ke Taiwan, ayahnya anak malah mengancam akan menuntut PT jika bisa memberangkatkanku. Sedangkan hidup harus terus berjalan, dia tidak menafkahi, tapi aku dilarang pergi, kerja di rumah masih belum cukup untuk sehari-hari. Malu kalau harus terus menumpang hidup ke orangtua.
Nah ini juga salah satu yang membuatku yakin untuk mengajukan gugatan.
Jeng jeng jeeeeng....
Akhirnya deal untuk pengajuan gugatan melalui pengacara. Intinya ya terima beres gitu lah yaaa.
Tapi sebelum itu terjadi, ada lah yaaa sesi konsultasi gitu. Berhubung sudah kenal akrab dengan beliau (Pengacara beserta Istri), alhamdulillah aku bisa leluasa cerita apa adanya dari A sampi Z. Mulai dari diberi opsi apakah bisa dipertahankan, nasehat ini itu, tapi tekadku sudah bulat, aku ingin lepas meski harus banyak melepaskan.
Si Ibu yang menangis mendengar ceritaku, mengelus tubuhku, menasehati, nyatanya tak bisa juga membuat air mataku menetes. Bukan gak bisa nangis sih, bahkan berkali-kali ku ambil nafas panjang menahan tangis yang tak ingin tumpah, menahan gemuruh di dada yang mulai bikin sesak. Aku cuma berusaha untuk tegar, aku sudah merasa lelah berbulan-bulan menangis sampai tubuhku tumbang. Aku ingin yang semua orang tau aku bisa baik-baik saja. Bahkan disela-sela bercerita masih ku sisipi gelak canda tawa sambil sesekali ku lempar senyum paksa.
Dan tak terduga, disepanjang kami ngobrol si Ibu tiba-tiba minta maaf kepadaku. "Maaf ya Hef, sempet ngira kamu tuh orang yang pelit, haus dunia, karna ku pikir kan kamu baru pulang dari Taiwan, suami di Malaysia kan banyak uangnya, kok sampe jualan keliling, mana pisang aja ditawarin mau dijual, kan kelihatannya kaya mata duitan" intinya kurang lebih kaya gitu lah pas beliau bilang.
Sebenernya tanpa beliau minta maafpun aku sudah sadar diri atas pemikiran orang-orang tentangku. Baru pulang merantau dari Taiwan, suami di Malaysia, jadi warga baru di daerah suami, ehhh selang beberapa bulan jualan gorengan keliling, jualan baju, cemilan dll, pisang dibelakang rumah pun dijual, pokoknya ya jualan apa aja gitu. Wajarlah kalau banyak orang yang berfikiran seperti itu.
Sebenernya bukan mata duitan siiih, tapi emang karna harus muter otak buat bertahan hidup ditengah masyarakat. Gimana caranya masih bisa ngasih makan anak, gimana caranya biar sekolahnya anak masih kebayar, pendidikannya masih terjamin, dan itu dilakukan seorang diri, seperti single mom. Udah bisa ngebayangin kan gimana keadaanku saat itu? ya pokoknya like a single mom sampai sekarang akhirnya jadi real single mom.
Udah ngga heran juga sih kalau banyak orang menganggap aku mata duitan karna emang kerjaanku yang serabutan jualan apa aja disabet, ngga tau panas ujan angin ribut ya tetep aja ngorder, nahan malu keliling ngider gorengan padahal masih orang baru, nahan capek wira wiri anter pesenan boncengin anak, kemana aku pergi anak ngikut. Ditambah lagi bisa ngajar di MI (Madrasah Ibtidaiyah) deket rumah, Kuliah, buka tempat les privat, masih juga dagaaaang, eeettt daah ini orang tamak amat ya kan yaaaak semua mua di garap. Tapi yaaaa dinikmati aja, yang tau keadaanku sebenarnya kan ya cuma aku dan orang tua.
Dan sekarang, setelah banyak orang tau yang sebenarnya terjadi denganku, mungkin ada sebagian yang iba, menyemangati, tetap ada untukku, dan ngga sedikit juga yang menjelekkan, menganggapku sombong dan sesuai dengan pikiran mereka lah pokoknya. Bagiku apapun yang kalian pikirkan tentangku ya itu sih hak kalian, aku cuma menjalani peranku sebagi ibu, sebagai wanita biasa, dan sebagai manusia yang ingin mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti yang orang lain lakukan juga berusaha menjadi lebih baik dari segi apapun itu.
Paling gampang kan emang "nyawang" melihat orang lain sukses ataupun jatuh. Prosesnya mah bodo amat yaa, sendiri sendiri aja deh.
okeeey, lanjut besok lagi yaaak,
bye....
Komentar
Posting Komentar