Bullying


jangan menutup rapat hatimu pada sesuatu yg ingin menyapa


Bullying,
Satu kata yg terkadang bikin merinding. Seolah olah kata yg bisa memekakkan telinga orang orang yg mendengarnya. Membuat orang mengelus dada berkali kali saat beberapa orang mulai membahasnya.

Semengerikan itukah bullying?

Ya, tentu saja.
Terlebih lagi bagi sang korban bully. Ia akan merasa seperti berdiri ditepian jurang yg sangat dalam. 
Lalu apa yg akan terjadi setelah itu? 
Langkah mana yg akan mereka ambil? 

Ntah lah, saya tidak bisa menjamin, karna pilihan ada pada mereka.

Sebenarnya sih udah males banget ya kalau harus bersinggungan dengan yg namanya bullying, bahkan bisa dibilang sudah muak. Kebetulan saja tadi siang ada update terbaru dari FB Group Ibu Profesional yg membahas tentang bullying. Lebih jelasnya bisa cek sendiri di link berikut ini.


Setelah membaca keseluruhan materi sharing dari mba Riefki Amalia tentang pengalamanya dalam menyikapi trauma pasca bullying yg terjadi pada buah hatinya, tetiba saya tergerak untuk menyuarakan sesuatu yg tertimbun begitu dalam dan menyesakkan dada. Ada yg memanas dari dalam tubuh ini, tapi selama ini tidak ada tempat untuk menumpahkannya.

Akhirnya dengan mata berkaca kaca, ku tulis dua paragraf dikolom komentar berisikan inti dari semua yg tertimbun tadi, meski belum semuanya.
Begini;

"Bun, bagaimana caranya menyikapi trauma yg berkelanjutan sampai dewasa?
Ini terjadi pada saya sendiri, saya adalah korban bullying saat kelas 1 SD dulu, hampir 1 th saya dibully dan saya berusaha bertahan, namun pada puncaknya saya benar benar tidak tahan karena sudah melakukan kekerasan. Akhirnya saya pindah sekolah jauh keluar dari kota itu. Pada saat kejadian, peran orangtua memang tidak ada karena mereka berdua merantau, saya hanya berdua dengan nenek. 

Efek dari kejadian itu adalah, kepercayaan diri menurun drastis, over thingking, dan selalu ragu ragu untuk mengambil keputusan karena terlalu banyak mempertimbangkan resiko resiko yg mungkin bisa saja terjadi, jadi sulit mengutarakan pendapat dan perasaan pribadi, bahkan sering gugup jika ingin berbicara, dan pada akhirnya kata yg keluar tidak sesuai dengan apa yg dipikirkan. Dan itu masih berlangsung sampai sekarang.
Bahkan selama sekolah, untuk ijin ke toilet pun susah sekali mulut ini membuka suara. Dan itu selalu terjadi saat ingin ijin ke toilet.

Apa ada cara untuk meminimalisir semua itu bun? Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi belum juga berhasil.

Terimakasih sebelumnya 😊😊"

Balasan dari mba Riefki Amalia

"Hai mbak Heffi Novayanti  😊

Sya bs merasakan perjuangan mbak heffi untuk bs bangkit dr trauma bullying, *peluk

Itu juga yg anak sulung sya rasakan mbak 😥 bedanya, saat anak sya sedang dlm masa krisis, sya sbg orng tua nya hadir untuk merangkai kepingan puzzle hatinya yg berantakan, pun sya dan paksuami berusaha untuk meramu juga meracik kembali produk kami yg menurut kami mengalami kegagalan pemasaran/being reject. 

Sementara mbak heffi berjuang sendiri dgn kondisi kedua orangtua yg dirantau 😥 it's really hard n hurt anyway mbak.. 

Saran sya, jika memang orangtua tidak bisa hadir untuk mengikis trauma itu, sebaiknya mbak bisa berkonsultasi pd ahlinya, psikolog untuk setidaknya meng-healing semua emosi negatif yg terpendam selama ini.. 

Klo sya boleh memberikan kalimat motivasi ke mbak heffi, "Semua yg terjadi di dunia ini adalah skenario indah dariNya mbak, tinggal bagaimana kita bisa dengan jeli melihat tanda tanda Cinta dariNya untuk kita" 😊

Siapapun tidak ada yg mau menjadi korban bully, tp bisakah dgn bullying kita justru bisa lebih memaknai Hidup jauh lebih baik dari yg lainnya.. 
Bisa bangkit dari trauma itu memang butuh bantuan dari orang terdekat mbak, tp sepenuhnya proses melepaskan trauma itu adalah tugas diri kita sendiri yg merasa yakin klo kita bisa. 

I know u can do it mbak heffi 😊
Smg Allah selalu memudahkan segala langkah dan urusanmu ya mbak, aamiin 😘"

Saya mewek sejadinya saat membaca balasan dari mba Riefki. Dan kesempatan juga tadi siang time nya nyuci baju di lantai 4, tempat aman untuk melepas galau. Saya sadar se sadar sadarnya bahwa dengan membuka suara, maka kepingan kepingan tajam itu akan kembali menusuk dengan buasnya. Bahkan hanya dengan mendengar kata bullying saja bisa membawa imajinasi ku flashback ke hari hari dimana 22 tahun telah berlalu. Saya memang sudah hampir lupa siapa yg melakukannya. Tapi kejadian itu terpatri begitu kuat, sampai terkadang saya merasa lelah dengan semua itu.

Saya ingin sekali mengistirahatkan beban di pikiran ini, tapi belum juga ketemu dengan orang yg mau menampung segala frustasi yg sudah lama saya bawa kesana kemari. Selama ini saya hanya berusaha menyibukkan diri dengan segala hal agar bayang bayang itu memudar. Tapi akhir akhir ini, istilah bullying meraja lela bergentayangan di dunia maya yg tentu saja bisa setiap hari melihat dan membacanya. Seolah memberi energi baru pada bayang bayang kelam itu.

Terlepas dari bayangan kelam yg menyelimuti berpuluh-puluh purnama ini, saya merasa sangat bersyukur pada sang ESA karena saya masih bisa bertahan sampai saat ini, yg bahkan menjadi tahan banting dari sebelumnya.  Meskipun kelemahan masih menang didalam sana, tapi saya tetap berjuang menggali kelebihan dan kekuatan yg selama ini mungkin sengaja mengalah.

Karena tidak ada yg lebih berharga selain dukungan dari orang terdekat. Dan Alhamdulillah saat ini saya sudah memiliki nya. Ada alasan lebih juga kenapa saya harus bangkit disetiap harinya, ada alasan yg mengharuskan saya untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ya.... Saya dikaruniai buah hati yg saya harap tidak akan berdekatan dengan bully, entah itu terbully, atau membully. 

Menjadi terbully itu bukan pilihan saya, terlebih lagi saat usia belum genap 7 tahun, diamana masa bahagianya pertama kali mengenakan seragam merah putih. Dimana saya baru saja ingin melukis mimpi, tapi ternyata skenario Allah menuliskan cerita yg berbeda, waktu itu saya diharuskan merasakan dulu runtuh separuh duniaku, ternyata agar saya lebih waspada saat menjalani scene berikutnya. 😍😍😍


Heffi Novayanti, 
Miaoli, Taiwan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Why am I getting surgery? (Fen Liu)

I am an UAENA

Edamame Lada Hitam ala Taiwan